Oleh : A_dHie ’Cre_aCtivE
Renaissance berasal dari bahasa yunani yang memiliki makna ”Bangkit kembali” sedangkan leadership Secara Etimologi berasal dari kata leading / to lead yang mempunyai makna gramatikal memimpin, akan tetapi leader ini memiliki diversitas dengan makna memerintah (commanding). Dalam perspektif Terminologi, Kepemimpinan merupakan “suatu kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang lain agar mau bekerjasama menuju kepada satu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama” atau “Segala macam bentuk kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang supaya dalam usaha mencapai tujuan yang mereka cita-citakan mau bersatu dan bekerja sama”. Kata ”Renaissance” ini bukan berarti mendeskriditkan kepemimpinan BEM masa jihad 2007-2008, namun dalam bahasa Muhammad Arkoun adalah ”Dekontruksi” (Membongkar), artinya menganalisis segala proker dan kinerja dalam tataran penyempurnaan.
Dalam kerangka deskriptif, pemimpin dianalogikan sebagai hati, yang setiap saat berafiliasi dengan organ-organ yang notabenenya sebagai anggota. Hati sebagai penggerak roda organ harus memiliki suatu sibernetika dalam memenej planning atas segala kebutuhan (Management). Kata menejemen diartikan sebagai “usaha untuk mencapai tujuan suatu organisasi dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam hal ini Sumberdaya itu antaranya potensi pengurus, budgeting, dan informasi.” Mengutip pendapat Ordway Tead “Management is the process and agency which direct and guide the oprations of an organization in the realizing of established aims” . (Proses dan perangkat yang mengarahkan secara membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan).atau dengan bahasa lugasnya, suatu Proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengkontrolan, dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula. Kebangkitan seorang pemimpin diharapkan mampu membawa perubahan yang signifikan dan mampu mewadahi dan menyampaikan segala aspirasi dengan melakukan afiliasi.
Pemimpin merupakan genetik atas ruh ilahiyah yang menjadi kodrat setiap manusia, baik dalam tataran pribadi, keluarga, lingkungan maupun pada pranata sosial. Konsep “Pribumisasi” merupakan konsep yang berasal sari ungkapan Gusdur pd tahun 1980-an, dalam manuskrip ini beliau menginterpretasikan “ Pribumisasi Islam” sebagai resolusi yang menjadikan agama dan makrocosmos tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, resolusi ini mencoba mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya .Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam) yang sesuai dengan konteks lokalnya, dalam wujud ‘Islam Pribumi’ sebagai jawaban dari ‘Islam Otentik’ atau ‘Islam Murni’ yang ingin melakukan proyek Arabisasi di dalam setiap komunitas Islam di seluruh penjuru dunia. ‘Islam Pribumi’ justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktik kehidupan beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut.
Dalam konteks ”Pribumisasi nilai-nilai keislaman”, diharapkan seorang pemimpin mampu membumikan dan mewarnai lingkungannya dengan atmosfer keilmuan dan keislaman, serta mampu meminimalisir polemik atas diversitas dalam hal konsep furu’iyyah maupun latar belakang organ ekstra. Dan tentunya diperlukan suatu empowerment dan penanganan yang egaliter. Disini diperlukan pula managerial dan controlling dari seorang pemimpin, agar Visi dan misi ini mampu terealiasi dengan baik.
Wallahu A’lam Bisshawaab....
Renaissance berasal dari bahasa yunani yang memiliki makna ”Bangkit kembali” sedangkan leadership Secara Etimologi berasal dari kata leading / to lead yang mempunyai makna gramatikal memimpin, akan tetapi leader ini memiliki diversitas dengan makna memerintah (commanding). Dalam perspektif Terminologi, Kepemimpinan merupakan “suatu kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang lain agar mau bekerjasama menuju kepada satu tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama” atau “Segala macam bentuk kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang supaya dalam usaha mencapai tujuan yang mereka cita-citakan mau bersatu dan bekerja sama”. Kata ”Renaissance” ini bukan berarti mendeskriditkan kepemimpinan BEM masa jihad 2007-2008, namun dalam bahasa Muhammad Arkoun adalah ”Dekontruksi” (Membongkar), artinya menganalisis segala proker dan kinerja dalam tataran penyempurnaan.
Dalam kerangka deskriptif, pemimpin dianalogikan sebagai hati, yang setiap saat berafiliasi dengan organ-organ yang notabenenya sebagai anggota. Hati sebagai penggerak roda organ harus memiliki suatu sibernetika dalam memenej planning atas segala kebutuhan (Management). Kata menejemen diartikan sebagai “usaha untuk mencapai tujuan suatu organisasi dengan cara memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam hal ini Sumberdaya itu antaranya potensi pengurus, budgeting, dan informasi.” Mengutip pendapat Ordway Tead “Management is the process and agency which direct and guide the oprations of an organization in the realizing of established aims” . (Proses dan perangkat yang mengarahkan secara membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan).atau dengan bahasa lugasnya, suatu Proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengkontrolan, dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula. Kebangkitan seorang pemimpin diharapkan mampu membawa perubahan yang signifikan dan mampu mewadahi dan menyampaikan segala aspirasi dengan melakukan afiliasi.
Pemimpin merupakan genetik atas ruh ilahiyah yang menjadi kodrat setiap manusia, baik dalam tataran pribadi, keluarga, lingkungan maupun pada pranata sosial. Konsep “Pribumisasi” merupakan konsep yang berasal sari ungkapan Gusdur pd tahun 1980-an, dalam manuskrip ini beliau menginterpretasikan “ Pribumisasi Islam” sebagai resolusi yang menjadikan agama dan makrocosmos tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, resolusi ini mencoba mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya .Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam) yang sesuai dengan konteks lokalnya, dalam wujud ‘Islam Pribumi’ sebagai jawaban dari ‘Islam Otentik’ atau ‘Islam Murni’ yang ingin melakukan proyek Arabisasi di dalam setiap komunitas Islam di seluruh penjuru dunia. ‘Islam Pribumi’ justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktik kehidupan beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar, karena Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut.
Dalam konteks ”Pribumisasi nilai-nilai keislaman”, diharapkan seorang pemimpin mampu membumikan dan mewarnai lingkungannya dengan atmosfer keilmuan dan keislaman, serta mampu meminimalisir polemik atas diversitas dalam hal konsep furu’iyyah maupun latar belakang organ ekstra. Dan tentunya diperlukan suatu empowerment dan penanganan yang egaliter. Disini diperlukan pula managerial dan controlling dari seorang pemimpin, agar Visi dan misi ini mampu terealiasi dengan baik.
Wallahu A’lam Bisshawaab....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar