Kamis, 08 Januari 2009

Refleksi Pemikiran Islam


Oleh : a_dHie

Islam merupakan agama Rahmatan Lil `alamin yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan menyebar hingga kini kesegala penjuru dunia, lambat laun perjalanan sang waktu kini telah menjadikan islam terklasifikasi. Dan tentunya merupakan ulah dari penganutnya sendiri yang memiliki berbagai perspektif memahami ajaran-ajaran islam, namun yang menjadi kesepakatan sosial konsep ibadah dan pemahaman terhadap islam tidak keluar dari literatur "Al-Qur'an & As-Sunnah".

Penulis tertarik dengan issu global yang menjustifikasi islam sebagai "Teroris Dunia", untuk mengkaji feomena ini kita harus menyadari bahwa paradigma berfikir umat islam plural, sehingga wajar ketika muncul islam yang identik dengan ke radikalan, karena mereka hanya memahami islam secara parsial yang hanya memahami islam dari sudut "Jihad"nya saja, tanpa memahami secara komprehensip nilai-nilai yang diajarkan islam. Sehingga memunculkan Gerakan Jaringan Al-Kaeda yang merupakan teroris dunia dan memunculkan Amrozi cs yang konon katanya telah melakukan Jihad den-ii islam, namun penulis menyadari Amrozi Cs hanya memahami islam lewat ayat-ayat Jihadnya saja, tanpa menelaah bagaimana dan kapan kita mesti melakukan jihad, penulis memaklumi mereka sering disodori tayangan-tayangan pembantaian terhadap umat islam didunia sehingga memunculkan sikap radikalis dan merasa yang telah dilakukannya adalah demi memperjuangkan Agama Allah, apakah jihad seperti ini yang dilakukan Nabi serta di ridhoi Allah SWT? Yang kenyataannya malah menodai islam sebagai agama yang radikal dan identik dengan teroris.

Fenomena Jihad terkadang kita ilustrasikan sebagai suatu perbuatan yang identik dengan tindakan kekerasan, padahal "Jihad" bukan hanya dilakukan dengan satu jalan saja, melainkan banyak cara sebagai implementasi dari jihad. Ketika kita mampu menciptakan suasana harmonis, tentram dan aman dikalangan masyarakat luas, itupun merupakan contoh kecil atas implementasi jihad, ataupun orang tua yang menetesklan keringat demi anak dan isterinya, atau pula proses pencarian ilmu yang kita lakukanpun merupakan jihad. Namun dalam ajaran islam dijelaskan bahwa jihad yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu, yang hingga saat ini sulit untuk kita realisasikan.
Penulis memaklumi dinamika sosial yang terjadi dikalangan umat islam, karena mungkin penghayatan dan penerapan nilai-nilai islam yang kurang komprehensip, hingga memunculkan benturan pemikiran dikalangan umat islam, Fazlur Rahman menyikapi hal ini dengan mengusung suatu konsep Tajdid (Pembaharuan) dan Ijtihad (berfikir Bebas), beliau menganggap perlu adanya langkah Reformasi Pendidikan Tradisional-Konservatif para ulama. Apalagi sikap kelompok muslim yang menolak pembahan yang dihasilkan oleh modernisasi budaya dan intelektual. Mungkin Brain Image yang muncul dalam mindset kita " Modernisasi budaya dan Intelektual " ini identik dengan konsep yang dibawa oleh dunia barat, yang mereka nilai lemah akan nilai-nilai keislaman. Dalam mempresentasikan "Modernisasi" kita jangan terjebak dalam kerangka pemikiran sempit, dalam pemikiran Nurcholis Majid bahwa modernisasi ini lebih menelaah dan mengambil budaya positif yang ada pada kebudayaan barat, dan kemudian kita kolaborasikan dengan kebudayaan islam, langkah ini bukan berarti kita melakukan adopsi besar-besaran terhadap pemikiran dan budaya barat. Yang selalu mendapat respon "Negative Thinking" dari kita. Yang akhirnya mengakibatkan masyarakat muslim tertinggal di belakang masyarakat kontemporer lain yang lebih maju dibidang politik , ekonomi dan pengetahuan. Apalagi jika kita telaah secara kritis terhadap prilaku umat muslim lebih kadang terkesan lebih cerdas dalam dunia teori dan faham betul apa yang menjadi ajaran agamanya, namun terkadang hanya dijadikan sebatas wacana belaka, dan ironisnya prakteknya itu di lakukan oleh orang yang nota benenya tidak menganut islam. Contoh konkrit kita sangat faham betul akan suatu teori tentang "kebersihan sebagian dari Iman", namun realitasnya itu hanya dijadikan jargon oleh kita, sedangkan implementasinya terjadi dikalangan orang non islam. Hal ini menunjukan lemahnya penghayatan kita terhadap Al-Qur'an yang dijadikan sebagai pedoman kita.

Menyikapi problematika ini kerangka Refleksi tentang nilai-nilai keislaman perlu kita aktualisasikan, dan kita harus menghiasi tradisi intelektual dengan pendalaman hikmah, agar terhindar dari tradisi hirarkis yang hanya mengakibatkan stagnasi. Dan kita harus melepaskan budaya taklid yang hanya menghambat perkembangan pemikiran kita yang selama ini menghegemoni pemikiran dengan suatu konsekwesi logis kita tetap berpegang teguh terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Wallahu A'lam Bissahawaab...

Tidak ada komentar: